Sabtu, 23 Maret 2013

Sundel Bolong Fakultas Tekhnik

Hingga saya menuliskan pengalaman saya disini, tanganku terus bergetar jika mengingat kejadian itu kembali. Pasalnya hal itu terjadi di Kampus UI yang jarang sekali saya kunjungi.

Saya berkuliah di IT Telkom Bandung. Jauh sekali dari UI Depok. Namun saya masih sering sekali berkunjung ke Jakarta karena memang keluarga saya tinggal di Jakarta. UI Depok merupakan kampus yang sangat berbeda menurut saya. Lingkungannya yang eksklusif, besar, rindang dan masih berasa nuansa hutan membuat siapa saja nyaman di siang hari, namun berubah menjadi menyeramkan di malam hari. Terutama saya jarang sekali main kesini.

Saya mempunyai saudara sepupu yang berkuliah di Teknik Mesin Fakultas Teknik UI angkatan 2008. Fakultas Teknik merupakan Fakultas yang sedikit berbeda dengan Fakultas lainnya. Jika di malam hari Fakultas Teknik bagian Lobby selalu penuh dengan Mahasiswa yang nge-kost di Kutek yang mencari akses internet cepat dan gratis.

Ketika itu Saudara Sepupu saya meminta diantarkan dengan mobil di malam hari untuk meminjam hardisk yang berisi data untuk tugas kuliahnya. Tanpa banyak bicara, saya langsung saja mengantarkannya ke Fakultas Teknik. Saat tiba di Fakultas Teknik, saya menurunkan saudara saya di Bundaran pintu masuk Teknik dekat dengan halte. Karena sepi, saya tidak perlu parkir, hanya berhenti, mematikan mesin, menurunkan kaca jendela dan menunggu saudara saya hingga kembali.

Sudah 10 menit berlalu saya menunggu di mobil, jok mobil sudah disandarkan, namun saya tetap terjaga untuk tidak tidur, takut kalau nanti ngantuk jika mengemudi. Karena bosan, akhirnya saya menyalakan radio mobil agak keras sambil nyanyi-nyanyi nggak jelas.

Selang beberapa menit tiba-tiba tercium bau kemenyan yang dibakar. Saya mematikan suara radio mobil dan melihat ke kanan dan ke kiri apakah ada yang sedang membakar kemenyan di daerah tempat saya parkir sembarangan ini. Namun setelah melihat ke sekeliling mobil dari dalam saya hanya sendirian disini. Sialnya bau kemenyan tersebut semakin lama berganti menjadi bau anyir darah yang menyengat. Untuk menghilangkan rasa takut, saya menyalakan radio kembali dan memutar volume suara lebih keras.

Inilah yang membuat saya lemas setengah mati. Setelah memutar volume lebih keras, saya menyandarkan punggun ke jok mobil sambil melihat ke arah kanan. Tiba-tiba dari arah kanan terdapat perempuan berambut panjang dengan baju putih panjang. Semacam kuntilanak gentayangan. Celakanya kuntilanak tersebut berjalan ke arah mobil saya dengan pelan dan bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan. Mendadak badan saya lemes seperti pemain bola selesai pertandingan. Konyolnya lagi, sepertinya mata saya ini tidak bisa berkedip dan memalingkan muka untuk tidak melihat penampakan tersebut.

Lama-lama kuntilanak itu mendekat semakin jelas, dan semakin jelas juga kakinya tidak menapak ke tanah. Isi kepala sudah tidak jelas lagi pada saat itu. Saya sudah membayangkan mati-lah, diculik setan-lah atau semacamnya. Ketika ia sudah semakin mendekat sekitar 10 cm dari mobil, tiba-tiba ia membalik badannya dan berjalan menjauh. Disini saya melihat dengan jelas

“SEETAAAN..!! Punggungnya bolong…!!”

Ya, punggungnya bolong dengan darah yang tidak karuan kemana-mana. Ternyata kuntilanak tersebut ialah Sundel bolong! Disini saya benar-benar lemes sampe nggak bisa ngomong sepatah katapun setelah melihat sundel bolong itu.

Lalu sundel bolong itu bergerak semakin jauh dan dari sebelah kiri saya tiba tibat pintu mobil ada yang membuka dan

“Hooii…!!”

Rasanya hampir pingsan denger teriakan tersebut tepat disebelah kuping. Sekejab bau anyir darah dan kemenyan juga hilang.

“Sorry lama, eh kenape lu ji?”

Saudaraku bertanya, dia melihatku heran karena wajahku sangat pucat, tangan gemetar seperti orang kedinginan.

“Bangke luh….. Males gue nganterin lu kemari lagi…. masa horrornya lebih-lebih dari kampus gue”

Kata saya, dan saudara saya membalas.

“Sudah…. makan dulu saana… ada mi ayam spesial”

“Apaan sih, orang gua cuma ngambil hardisk sama nanya-nanya tugas doang”

Dengan nada lemes gua jawab

“Lu nggak nyadar apa!? Sebelah sana ada Sundel Bolong goyang-goyang, kakinya nggak napak gitu. Idung lo mampet apa ya? Ada bau darah sama menyan juga barusan!”

“Lu ngomong apa sih? udah yuk kita cabut!”

Sepertinya dia sadar juga dengan ucapan saya. Dan saya meminta untuk mengganti posisi pengemudi.

“Lu aja yang bawa ri, gua lemes banget…”

Setelah itu kami bertukar posisi. Kami pulang dengan ketakutan, terutama saya yang benar-benar ditampakan oleh Sundel Bolong sialan itu. Pengalaman buruk itu benar-benar membuatku jengkel dan parno jika harus datang ke Fakultas Teknik di malam hari kembali

Read more: http://ceritapendekhoror.blogspot.com/2013/03/cerita-horor-sundel-bolong-fakultas-teknik.html#ixzz2OPvYilAz

Selasa, 14 Agustus 2012

PESAN TERAKHIR




Di bening matamu kemarin
kutemukan sebutir air mata yang kau tahan
mengeras jadi mutiara
jatuh ke bibirmu
tinggal disana sebentar
menggetar
kemudian menyusup ke tenggorokan


mungkin saja
ia yang sekarang menjelma serak dan sesak pada
barisan kata perpisahan

sudah jangan sendu, sayang
aku ingin pergiku kali ini terdengar merdu
agar angin malam
atau hujan
atau bahkan udara dingin dan kebekuan
bisa mengingatkanmu kapan-kapan
tentang kisahku dalam rindu-rindu
yang haru
tapi tidak biru

aku akan tetap menjadi keindahan
jingga di pagi dan senja
lagu-lagu yang menyapa kelopak matamu sebelum terik
dan mengendap-endap sesaat di lelahmu sebelum mimpi

Sabtu, 10 Maret 2012

Kisah Cinta Sedih


Sudah menjadi kehendak Allah memberinya cobaan berupa penyakit kronis yang bersarang dan sudah bertahun-tahun ia rasakan. Ini adalah cerita kisah seorang gadis yang bernama Muha. Kisah ini diriwayatkan oleh zaman, diiringi dengan tangisan burung dan ratapan ranting pepohonan.
Muha adalah seorang gadis remaja yang cantik. Sebagaimana yang telah kami katakan, sejak kecil ia sudah mengidap penyakit yang kronis. Sejak usia kanak-kanak ia ingin bergembira, bermain, bercanda dan bersiul seperti burung sebagaimana anak-anak yang seusianya. Bukankah ia juga berhak merasakannya?
Sejak penyakit itu menyerangnya, ia tidak dapat menjalankan kehidupan dengan normal seperti orang lain, walaupun ia tetap berada dalam pengawasan dokter dan bergantung dengan obat.
Muha tumbuh besar seiring dengan penyakit yang dideritanya. Ia menjadi seorang remaja yang cantik dan mempunyai akhlak mulia serta taat beragama. Meski dalam kondisi sakit namun ia tetap berusaha untuk mendapatkan ilmu dan pelajaran dari mata air ilmu yang tak pernah habis. Walau terkadang bahkan sering penyakit kronisnya kambuh yang memaksanya berbaring di tempat tidur selama berhari-hari.
Selang beberapa waktu atas kehendak Allah seorang pemuda tampan datang meminang, walaupun ia sudah mendengar mengenai penyakitnya yang kronis itu. Namun semua itu sedikit pun tidak mengurangi kecantikan, agama dan akhlaknya…kecuali kesehatan, meskipun kesehatan adalah satu hal yang sangat penting. Tetapi mengapa?
Bukankah ia juga berhak untuk menikah dan melahirkan anak-anak yang akan mengisi dan menyemarakkan kehidupannya sebagaimana layaknya wanita lain?
Demikianlah hari berganti hari bulan berganti bulan si pemuda memberikan bantuan materi agar si gadis meneruskan pengobatannya di salah satu rumah sakit terbaik di dunia. Terlebih lagi dorongan moril yang selalu ia berikan.
Hari berganti dengan cepat, tibalah saatnya persiapan pesta pernikahan dan untuk mengarungi bahtera rumah tangga.
Beberapa hari sebelum pesta pernikahan, calonnya pergi untuk menanyakan pengerjaan gaun pengantin yang masih berada di tempat si penjahit. Gaun tersebut masih tergantung di depan toko penjahit. Gaun tersebut mengandung makna kecantikan dan kelembutan. Tiada seorang pun yang tahu bagaimana perasaan Muha bila melihat gaun tersebut.
Pastilah hatinya berkepak bagaikan burung yang mengepakkan sayap putihnya mendekap langit dan memeluk ufuk nan luas. Ia pasti sangat bahagia bukan karena gaun itu, tetapi karena beberapa hari lagi ia akan memasuki hari yang terindah di dalam kehidupannya. Ia akan merasa ada ketenangan jiwa, kehidupan mulai tertawa untuknya dan ia melihat adanya kecerahan dalam kehidupan.
Bila gaun yang indah itu dipakai Muha, pasti akan membuat penampilannya laksana putri salju yang cantik jelita. Kecantikannya yang alami menjadikan diri semakin elok, anggun dan menawan.
Walau gaun tersebut terlihat indah, namun masih di perlukan sedikit perbaikan. Oleh karena itu gaun itu masih ditinggal di tempat si penjahit. Sang calon berniat akan mengambilnya besok. Si penjahit meminta keringanan dan berjanji akan menyelesaikannya tiga hari lagi. Tiga hari berlalu begitu cepat dan tibalah saatnya hari pernikahan, hari yang di nanti-nanti. Hari itu Muha bangun lebih cepat dan sebenarnya malam itu ia tidak tidur. Kegembiraan membuat matanya tak terpejam. Yaitu saat malam pengantin bersama seorang pemuda yang terbaik akhlaknya.
Si pemuda menelepon calon pengantinnya, Muha memberitahukan bahwa setengah jam lagi ia akan pergi ke tempat penjahit untuk mengambil gaun tersebut agar ia dapat mencobanya dan lebih meyakinkan bahwa gaun itu pantas untuknya. Pemuda itu pergi ke tempat penjahit dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi terdorong perasaan bahagia dan gembira akan acara tersebut yang merupakan peristiwa terpenting dan paling berharga bagi dirinya, demikian juga halnya bagi diri Muha.
Karena meluncur dengan kecepatan tinggi, mobil tersebut keluar dari badan jalan dan terbalik berkali-kali. Setelah itu mobil ambulans datang dan melarikannya ke rumah sakit. Namun kehendak Allah berada di atas segalanya, beberapa saat kemudian si pemuda pun meninggal dunia. Sementara telepon si penjahit berdering menanyakan tentang pemuda itu. Si penjahit mengabarkan bahwa sampai sekarang ia belum juga sampai ke rumah padahal sudah sangat terlambat.
Akhirnyai penjahit itu tiba di rumah calon pengantin wanita. Sekali pun begitu, pihak keluarga tidak mempermasalahkan sebab keterlambatannya membawa gaun itu. Mereka malah memintanya agar memberitahu si pemuda bahwa sakit Muha tiba-tiba kambuh dan sekarang sedang dilarikan ke rumah sakit. Kali ini sakitnya tidak memberi Muha banyak kesempatan. Tadinya sakit tersebut seakan masih berbelas kasih kepadanya, tidak ingin Muha merasa sakit. Sekarang rasa sakit itu benar-benar membuat derita dan kesengsaraan yang melebihi penderitaan yang ia rasakan sepanjang hidupnya yang pendek.
Beberapa menit kemudian datang berita kematian si pemuda di rumah sakit dan setelah itu datang pula berita meninggalnya sang calon pengantinnya, Muha.
Demikian kesedihan yang menimpa dua remaja, bunga-bunga telah layu dan mati, burung-burung berkicau sedih dan duka terhadap mereka. Malam yang diangan-angankan akan menjadi paling indah dan berkesan itu, berubah menjadi malam kesedihan dan ratapan, malam pupusnya kegembiraan.
Kini gaun pengantin itu masih tergantung di depan toko penjahit. Tiada yang memakai dan selamanya tidak akan ada yang memakainya. Seakan gaun itu bercerita tentang kisah sedih Muha. Setiap yang melihatnya pasti akan bertanya-tanya, siapa pemiliknya.?

Jumat, 03 Februari 2012

suara tangisan anak kecil diruang tamu

Huyz guys perkenalkan nama gue Febby. Panggil aja Fee. Gue baru di sini. Salam kenal aja ya.

Gue mau berbagi pengalaman nih. Kejadian ini gue alami tanggal berapa ya (gue lupa), tapi jamnya sieh masih inget yaitu tepat jam 9 malam. Cerita ini waktu gue di kamar berdua dengan teman gue, sebut aja namanya Nurul. Saat itu kami lagi asyik - asyiknya ngerjain soal ujian sambil dengerin musik. Kami cerita - cerita dan bercanda gitu. 

Teman gue tiba - tiba diam aja, ternyata dia ngedenger sesuatu. Gue pun terdiam entah kenapa, ternyata gue juga denger suara anak kecil nangis. Keras banget dari luar kamar gue dan tepat di ruang tamu. Gue merasa gak percaya terus gue matiin itu musik ternyata suara itu tiba - tiba aja berhenti. Gue heran terus gue tanya deh sama teman gue.

Fe : Nur, Lo ngedenger sesuatu gak?
Nur : Ngedenger sieh, malah jelas banget. Emang Lo ngedenger juga apa?
Fe : Iya nur :(
Nur : Ngedenger suara apaan gitu?
Fe : Gue denger suara anak kecil nangis Nur.
Nur : Sama dong kita, gue kira lo gak ngedenger itu.
Fe : Gue denger lah, sapa itu yaa?
Nur : Gue juga gak tau, gak mungkin lah anaknya kak Ica jam segini belum tidur.
Fe : Iya juga sieh.

Sesudah kami berbincang - bincang, kami pun merasa ketakutan. Habis itu gue langsung aja tutup itu pintu kamar and teman gue cepet - cepet nutup gorden jendela. Kami terus aja baca ayat kursi dan ayat pendek lainnya. Teman gue saking takutnya dia ngambil tasbih yang tergantung di lemari dan dia pake ke leher. Saat situasi takut seperti itu gue and teman gue masih sempat - sempatnya ketawa karena lucu banget. Gara - gara suara itu kami jadi lupa kalau kami lagi ujian. Kami gak tau apalagi yang mau di isi itu soal. Ya udah kami tangtingtung aja .

Hahahhhahaa
Sumpah dehh baru sekali ini gue ngedenger yang seperti itu. Wooww serem ampe merinding, gak tau apa yang mau di kerjain.

Sekian cerita dari gue. Apabila ada kekurangan atau kurang serem pliiess di komen yaa.
Maklumlah gue orang baru :)
Maaf kalau cerita gak menarik dan serem :)

Senin, 21 November 2011

video klip alan

hehehehehe..............


DUKAKU


Dukaku memuja dunia dengan indah
Lukaku memahat ukiran sejati
Biar tak seorangpun tau bahwa
aku kecewa pada kisahku
yang membawa perih
Apakah aku insan yang tak tau diri?
Hingga menganggap cinta dengan hati
bukan dengan mata
Merasakan cinta dengan perasaan
bukan dengan logika
Bahkan aku sampai kehilangan akal sehat
hingga membuatku tenggelam
pada kehancuran
dan kegalauan hidup
Perih yang ku rasa seakan tak sanggup kujalani
Aku patah dengan segenap sayap-sayap palsuku
Aku mati dengan segenap nyawaku yang rapuh
Tapi, tak kan ku tangisi karna inilah takdirku
Aku harus terbiasa dengan duka
Karena luka adalah duka
Dan duka adlah aku.

Senin, 17 Oktober 2011

kisah sedih seorang anak



Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki,
wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku,
memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini
memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain
saja.
Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya
membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun
melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya
menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga
Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan
membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa
stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu
melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu
menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal
dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi
semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya
mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya
pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang
sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya
tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar
hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak
kejadian itu.
Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia
Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat
buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah
sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah
berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah
perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi
yang mengingatnya.
Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti
sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari
betapa jahatnya perbuatan saya dulu.tiba-tiba bayangan Eric melintas
kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric. Sore
itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad
dengan pandangan heran menatap saya dari samping. “Mary, apa yang
sebenarnya terjadi?”
“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal
yang telah saya lakukan dulu.” aku menceritakannya juga dengan
terisak-isak. Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah
memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis
saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.
Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari
hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya
tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric…
Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada
sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya
mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali
potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan
Eric sehari-harinya. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap
sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala
ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.
“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”
Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal
dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”
Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10
tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus
menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega,
saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya.
Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah,
namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan
yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis
setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”
Saya pun membaca tulisan di kertas itu…
“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama
Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji
kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”
Saya menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan…
katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang!
Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”
Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.
“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric
telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya
sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan
di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut
apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya
ada di dalam sana… Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari
belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang
lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana.”


Read more: http://www.resensi.net/kisah-cinta-seorang-anak/2008/05/#ixzz1FGWBn35A